Hanya sebuah kata yang ingin keluar dari pena....

Sudah cukup.... aku akan berjalan dengan kaki yang terdapat luka gores, dan tanganku akan tetap melambai meskipun membawa beban berat dalam genggaman, tapi aku puas....puas...dengan melihat setitik sinar hangat yang kelak akan menemaniku selamanya...

Minggu, 23 September 2012

senyum kecil di sore itu


Ternyata teras rumah kita sama..

Sore itu tepat pukul  15.30  WIB aku baru sampai dirumah, capek banget rasanya naik motor dari surabaya – Tulungagung mana panas sekali cuacanya siang itu. Berangkat surabaya tepat pukul  13.00, pulang kerja langsung capcusss dan menempuh perjalanan hanya 2,5jam. Padahal  andai ditempuh dengan naik bis paling cepat 4jam, untung aja aku nekat bawa si biru pulang kampung lagi, padahal baru kemarin rabu aku dan si biru  merantau lagi di surabaya setelah liburan idul Fitri tahun ini. Mingkin aku niat banget siang itu ingin pulang lagi ke rumah, pingin ngrasain sat-night dengan bawelku, meskipun kita masih bertengkar. (-,-)
Pintu rumah tertutup...yahhh akhirnya aku pergi kegereja dimana disana untuk sementara waktu aku bisa melihat – lihat temen IPPA sedang nglatih misdinar, berharap kamu pun datang digereja. Ternyata tak kunjung datang juga, kebetulan ada seorang temenku yang mengajak kerumahe temenku yang lain untuk ikut membantu membuat santapan weekend yang akan dilakukan digereja nanti malam. Masakan RW (Raja Waung) yang merupakan kegemaran dari perkumpulan kami di gereja. Akhirnya aku sampai dirumahe temenku yang sedang repot bikin masakan RW, yaaaahhhh... semuanya pada repot, aku datang – datang cuman ngincipin aja. Ngrasa suasane gag enek akhirnya aku putuskan buat kembali kegereja lagi, kebetulan aku brusan dapat sms dari kamu yang udah ada digereja. Dan aku senang bisa liat kamu yang cantik udah duduk didalam gereja ngliat temen – temen nglatih misdinar, tapi.... ternyata emang sore sialku.
2,5 jam ngebut demi segera bertemu kamu dan membuat schedule satnight, ternyata kamu benar – benar marah padaku, hemmm ....
Aku putuskan untuk pulang saja, gag papa deh nunggu didepan rumah sendirian, dari pada aku berada di dua tempat berbeda yang kesemuanya aku tidak dianggap ada. Tapi aku gag marah kok, suer... 
...Aku dihempaskan jatuh di kursi kayu usang , diteras yang penuh daun berjatuhan...aku menemukan kesamaan ...
Yaaaa....teras rumah kita memang sama... baru aku merasakan...
Cuma duduk di depan teras rumah, sepi hampir 2jam mulut ini diam tanpa mengeluarkan suara, namun otak yang terus diperas buat mikir, entah apa yang terpikir hanya barisan tanya. Sialan... sore ini rasanya menyakitkan, padahal gag ada yang memukulku, tapi wajahku memar kemerahan, menahan rasa tanpa ada anggapan aku ada..
Si kecil ini sudah mulai muncul, suaranya sedikit memecah lamunan, merusak anganku untuk membayangkan duduk di teras rumah itu. Dasar nyamuk, kenapa juga kamu nggigitnya itu sakit, andai tanpa meninggalkan rasa sakit dan bengkak, kurelakan kamu minum darahku, toh juga paling gag ada 1ml yang kamu inginkan.
 menunggu pintu rumah yang tak kunjung terbuka, seperti menanti hujan di siang bolong. Cuma diem ditemani danbo yang sedang tertunduk lesu, capek, merasakan kesedihan yang mirip dengan emoticon ku di sore ini. Enak kau danbo gag digigit nyamuk, udahlah sama – sama geje yoookkk....
heemmm... Ternyata teras rumah kita memang sama... dimana aku seperti merasakan duduk di teras rumahmu yang sejuk. Ternyata teras rumah kita benar – benar sama meskipun saling berhadapan, namun logika ini selalu merasakan bahwa sekarang aku duduk diteras rumahmu, bukan teras rumahku. Bercerita dari A – Z tentang diri kita masing – masing, yang satu bercerita dan yang lain sebagai pendengar yang setia, demikian pula sebaliknya. Tapi anehnya aku belum pernah merasakan sore di teras itu, meskipun siang dan malam udah pernah aku rasakan angin yang berhembus dengan duduk di teras rumah itu.
Kapan aku akan duduk diteras itu lagi, hemmmmm....

Sebentar lagi aku bisa duduk di teras itu lagi...... :)