Ternyata teras rumah kita sama..
Sore itu tepat pukul 15.30
WIB aku baru sampai dirumah, capek banget rasanya naik motor dari
surabaya – Tulungagung mana panas sekali cuacanya siang itu. Berangkat surabaya
tepat pukul 13.00, pulang kerja langsung
capcusss dan menempuh perjalanan hanya 2,5jam. Padahal andai ditempuh dengan naik bis paling cepat
4jam, untung aja aku nekat bawa si biru pulang kampung lagi, padahal baru
kemarin rabu aku dan si biru merantau
lagi di surabaya setelah liburan idul Fitri tahun ini. Mingkin aku niat banget
siang itu ingin pulang lagi ke rumah, pingin ngrasain sat-night dengan bawelku,
meskipun kita masih bertengkar. (-,-)
Pintu rumah tertutup...yahhh akhirnya aku pergi kegereja
dimana disana untuk sementara waktu aku bisa melihat – lihat temen IPPA sedang
nglatih misdinar, berharap kamu pun datang digereja. Ternyata tak kunjung
datang juga, kebetulan ada seorang temenku yang mengajak kerumahe temenku yang
lain untuk ikut membantu membuat santapan weekend yang akan dilakukan digereja
nanti malam. Masakan RW (Raja Waung) yang merupakan kegemaran dari perkumpulan
kami di gereja. Akhirnya aku sampai dirumahe temenku yang sedang repot bikin
masakan RW, yaaaahhhh... semuanya pada repot, aku datang – datang cuman
ngincipin aja. Ngrasa suasane gag enek akhirnya aku putuskan buat kembali
kegereja lagi, kebetulan aku brusan dapat sms dari kamu yang udah ada digereja.
Dan aku senang bisa liat kamu yang cantik udah duduk didalam gereja ngliat
temen – temen nglatih misdinar, tapi.... ternyata emang sore sialku.
2,5 jam ngebut demi segera bertemu kamu dan membuat schedule
satnight, ternyata kamu benar – benar marah padaku, hemmm ....
Aku putuskan untuk pulang saja, gag papa deh nunggu didepan
rumah sendirian, dari pada aku berada di dua tempat berbeda yang kesemuanya aku
tidak dianggap ada. Tapi aku gag marah kok, suer...
...Aku dihempaskan jatuh di kursi kayu usang , diteras yang
penuh daun berjatuhan...aku menemukan kesamaan ...
Yaaaa....teras rumah kita memang sama... baru aku
merasakan...
Cuma duduk di depan teras rumah, sepi hampir 2jam mulut ini
diam tanpa mengeluarkan suara, namun otak yang terus diperas buat mikir, entah
apa yang terpikir hanya barisan tanya. Sialan... sore ini rasanya menyakitkan,
padahal gag ada yang memukulku, tapi wajahku memar kemerahan, menahan rasa
tanpa ada anggapan aku ada..
Si kecil ini sudah mulai muncul, suaranya sedikit memecah
lamunan, merusak anganku untuk membayangkan duduk di teras rumah itu. Dasar
nyamuk, kenapa juga kamu nggigitnya itu sakit, andai tanpa meninggalkan rasa
sakit dan bengkak, kurelakan kamu minum darahku, toh juga paling gag ada 1ml
yang kamu inginkan.
menunggu pintu rumah
yang tak kunjung terbuka, seperti menanti hujan di siang bolong. Cuma diem
ditemani danbo yang sedang tertunduk lesu, capek, merasakan kesedihan yang
mirip dengan emoticon ku di sore ini. Enak kau danbo gag digigit nyamuk,
udahlah sama – sama geje yoookkk....
heemmm... Ternyata teras rumah kita memang sama... dimana
aku seperti merasakan duduk di teras rumahmu yang sejuk. Ternyata teras rumah
kita benar – benar sama meskipun saling berhadapan, namun logika ini selalu
merasakan bahwa sekarang aku duduk diteras rumahmu, bukan teras rumahku. Bercerita
dari A – Z tentang diri kita masing – masing, yang satu bercerita dan yang lain
sebagai pendengar yang setia, demikian pula sebaliknya. Tapi anehnya aku belum
pernah merasakan sore di teras itu, meskipun siang dan malam udah pernah aku
rasakan angin yang berhembus dengan duduk di teras rumah itu.
Kapan aku akan duduk diteras itu lagi, hemmmmm....
Sebentar lagi aku bisa duduk di teras itu lagi...... :)