Aku gagal...
dan akhirnya aku masuk SMAN 1 Gondang,, sekolah yang terletak dipinggir kota. Memerlukan waktu 30 menit untuk sampai kesekolah tiap hari, dan yang mengenaskan lagi, merupakan sekolah predikat ke 4 terbaik, haaassssshhh... sama juga bohong.
...........
Aku uda remaja, bukan anak – anak lagi...meskipun umurku baru menginjak angka 12.
lulus sekolah dasar dari SD Katholik yayasan Santa Maria aku masuk SMP Negeri 3 Tulungagung, lumayan Favorit, dengan predikat no 3 terbaik SMP di kotaku, itu menurut penilaian dari masyarakat, tapi kalo menurut penilaian dari nilai yang diraih para lulusan, fasilitas, kelayakan, dan segi kenyamanan serta keamanan, SMPku tetap yang terbaik.
Kenapa aku masuk sekolah negeri?
Eeemmmmm....mau cari suasana baru aja, menambah relasi juga, menambah pengalaman di luar juga bisa....
Aku menempuh masa – masa SMP dengan sangat memuaskan, setiap cawu pasti mendapat peringkat kelas.
Kebetulan waktu itu masi memakai sistem caturwulan, pada saat aku masih duduk di bangku kelas 1, peringkat kelas 2 dan 3 gag pernah lepas dari genggamanku.
Entah kenapa aku jadi hebat, mungkin karena aku sedang beruntung.
Setelah naik ke kelas 2, aku di jadikan satu dengan kumpulan siswa – siswa pintar di kelas sebelumnya. Disitulah sedikit kurang beruntungnya aku, persaingan di kelas sangat terasa panas,ckckckck...
Aku benci atmosfer ketidakadilan...
Jujur aku iri, dan akhirnya akupun ikut arus mereka. Caturwulan 1 sampai 3 aku mendapat peringkat kelas 6, 5 , dan 4. peningkatan yang lumayan ditengah suasana ketidak adilan, aku meraihnya dengan sedikit curang sebab setiap ulangan di mata pelajaran yang sulit semua siswa termasuk aku pasti buka buku, tergantung pandai – pandainya siswa agar tidak ketahuan guru.
”Sukses...” , satu kata kebohongan disatiap aku meraih nilai baik dengan cara curang.
Akhirnya aku naik ke kelas 3, kelas akhir di sekolah tingkat pertamaku yang menentukan kemana masa depanku akan aku pertaruhkan. Di sisi lain kemampuan burukku terasah,tapi aku sudah tidak membutuhkan itu. di kelas ini aku kembali dengan formasi susunan siswa seperti kelas 1, padahal aku sedikit dominan dalam kelas ini.
Tanpa masalah yang berarti aku lalui kelas 3 ini dengan lancar, dengan predikat peringkat 2 secara terus menerus. Sangat mudahnya aku berlari menjadi seorang terbaik kedua di kelas, Masa depanku yang indah sudah sedikit tampak. Dengan angan – angan ingin melanjutkan ke jenjang sekolah menengah yang Favorit di kotaku.
...........
Ternyata kenyataan berkata lain.
Aku gagal...aku gagal dalam satu pertandingan akhir. Penentuan masa depan hanya lewat 3 hari yang menyiksa. Ujian Akhir Sekolah yang menggoreskan luka seumur hidupku. Apa yang aku raih selama 3 tahun di SMP, nilai raport yang bagus, predikat terbaik ke 2 di kelas serasa kebanggaan yang fana, tak kan bisa mengahapus nilai ijazah yang merah..
Mungkin ini balasan atas kecuranganku di waktu kelas 2, yang menjalani persaingan dengan curang, atau mungkin karena kesialanku aja..
Ckckckckck.....sangat menyebalkan...
Akhirnya aku mengerti, bahwa aku harus tetap melangkah meskipun apa yang aku jalani tidak sesuai dengan rencanaku di awal..
Yaaaahhh... aku harus bisa menjalani hari – hariku dengan pilihan yang bukan pilihanku sesuai dengan hidup seorang pelajar yang tergores oleh aturan.